Gambar 1. Gunung Ranaka
Kejadian Tragis di Danau Ranamese yang telah merenggut dua nyawa Minggu(22/10), menggores begitu banyak aneka perasaan warga Manggarai. Air Danau Ranamese yang tenang tak disangka kembali membuat kisah baruyang menyedihkan setelah beberapa tahun sebelumnya kisah itu terukir ditempat yang sama karena pernah merenggut nyawa seorang pelajar SMP Mano, Johny Marut dan Heribertus Tahun Baru dijemput untuk menjadi penghuni abadi danau tersebut.
Kejadian ini menjadi perhatian banyak pihak terutama dari instansi pemerintah terkait di Manggarai. Sejak hari naas hingga Sabjtu (29/10), kompleks taman rekreasi Danau Ranamese dijejali banyak pengunjung. Wajah-wajah termenung yang duduk dipinggir Danau Ranamese tenggelam dalam aneka perasaan masing-masing dengan aneka dialog batin, menatap penuh harap kearah permukaan air di tengah danau. Dalam setiap hati berdo’a : Tuhan kembalikan jasad kedua saudara kami. Kami sadar bahwa mungkin mereka telah bersalah terhadap Engkau, tetapi kami mohon kembalikan dia”. Hari Jum’at dan Sabtu jasad Johny dan Heribertus telah kembali ke pangkuan orangtuanya dan keduanya beristirahat dengan tenang.
Adakah kejadian ini merupakan tanda-tanda zaman?mungkin, ya mungkin saja kita terlalu rakus terhadap alam sehingga alam seperti kata Ebiet G. Ade dalam suatu syair lagunya bahwa “mungkin alam telah bosan dengan segala tingkah laku kita”. Ataukah mungkin kita tidak berlaku jujur terhadap alam. Pohon-pohon besar dalam kawasan hutan tunggang langgang ditebang dan wilayah-wilayah sakral dalam kawasan hutan dibabat untuk dijadikan kebun kopi karena ingin jadi cepat kaya. Keadaan inilah yang kita saksikan telah terjadi di sekitar Danau Ranamese dan tempat lain dalam kawasan hutan Taman Wisata Alam Ruteng, dimana terdapat puncak Ranaka tinggi menjulang, bersama puncak gunung Tri Warna Kelimutu berdiri kokoh menyanggah Nusa Bunga tercinta. Berbagai pohon besar ditumbangkan dan wilayah-wilayah hutan dibabat untuk dijadikan kebun kopi walaupun kemiringan permukaan tanah sangat curam.
Gambar2. Danau Ranamese
Keyakinan nenek moyang kita ketika mereka belum mengenal apa yang disebut agama, mereka percaya bahwa roh para leluhur tinggal di pohon-pohon besar, gua-gua alam, danau, puncak-puncak gunung dan tanjung-tanjung yang penuh batu cadas terjal dan curam. Mereka datang mengunjungi dan memberikan persembahan atau sesaji untuk menyatakan syukur atas segala berkah dan menyampaikan do’a-do’a permohonan untuk berbagai kepentingan hidupnya kepada para leluhur.
Kita perlu merenungkan kembali bahwa naas yang telah terjadi di Danau Ranamese adalah akibat dosa kita semua, warga Manggarai. Kita tidak dapat melemparkan kesalahan hanya kepada Johny dan Heri, tetapi saya dan saudara sesama warga Manggarai yang bertanggungjawab, karena selama ini telah merusak hutan dan berbuat yang tidak senonoh terhadap alam. Akibatnya penguasa alam semesta ini murka dan Raja Ranaka menjadi geram. Sadarlah, belum terlambat.
Sumber : Pos Kupang-Kamis, 2 Nopember 2000, halaman 4
Penulis : Ora Yohanes