Rusa Timor (Cervus timorenses)di TWA Menipo

Taman Wisata Alam Menipo merupakan salah satu habitat alami Rusa Timor (Cervus timorenses)yang terletak di Kabupaten Kupang

Dalam perbaikan

Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Nusa Tenggara Timur - Bidang KSDA Wilayah I

Dalam Perbaikan_2

Masih dalam perbaikan

Suaka Margasatwa Perhatu

Suaka Margasatwa Perhatu di Pulau Semau Kabupaten Kupang

Dalam perbaikan

Masih dalam perbaikan

Sabtu, 07 Desember 2013

Kunjungan Presiden Republik Indonesia beserta Menteri-Menteri Kabinet

Moment-moment Kunjungan Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono Dan Beberapa Menteri Kabinet termasuk Menteri Kehutanan Pada Bulan Februari Tahun 2011 ke Nusa Tenggara Timur.

Menteri Kehutanan di Hotel Bahagia 2 Soe – Kab. Timor Tengah Selatan



Presiden SBY bersalaman dengan murid-murid Sekolah Dasar ketika menuju Kota Kefamenanu

Menteri Kehutanan bersalaman dengan Staf Seksi Konservasi Wilayah I- Atambua dan Staf Resort Konservasi Wilayah


(dari kiri) Elon Aroy, Jefta Bilsol Boimau, Paulo Magalhaes, Alexsander Amtiran, Suri Paulus, Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan), Ir.Kemal Amas, MSc (Kepala BBKSDA NTT), ir. Anhar, M.Pd (Kepala BDK Kupang), Wantoko, S.Hut.T (Kepala SKW I-Atambua), Bere Benyamin.

Menteri Kehutanan berbincang-bincang dengan Ir. Kemal Amas,MSc (Kepala Balai Besar KSDA NTT) dan Ir. Anhar,M.Pd (Kepala BDK Kupang)

 Presiden SBY di Kantor Bupati Timor Tengah Utara

Kamis, 24 Mei 2012

PENGUKURAN DEBIT AIR SECARA SEDERHANA

PENGUKURAN DEBIT AIR SECARA SEDERHANA
Oleh : Ardi Ismanto, S.Hut

Ada beberapa metode dalam pengukuran debit air suatu sungai atau sumber air di dalam kawasan, mulai dari metode yang cukup sederhana (menggunakan alat-alat sederhana) sampai dengan menggunakan metode yang cukup rumit dan mahal (menggunakan alat manual dan automatik).

Bagi petugas di lapangan (petugas resort/pejabat fungsional), metode pengukuran debit air secara sederhana dapat membantu mempermudah pengambilan data debit air suatu sumber mata air yang ada di dalam kawasan. Karena seperti diketahui bersama, terkadang petugas lapangan tidak cukup dilengkapi dengan alat-alat pengukuran debit air. Akan tetapi dengan segala keterbatasan tersebut petugas lapangan tetap dapat melakukan pengukuran dan data tersebut tetap valid. Berikut ini uraian metode pengukuran secara secara sederhana beserta cara perhitungannya :

Selasa, 17 April 2012

BERBURU di TAMAN BURU


BERBURU di TAMAN BURU
Mendengar nama Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Nasional dan Taman Wisata Alam tentunya sangatlah tidak asing lagi ditelinga para pembaca. Tapi penulis rasa untuk kawasan konservasi yang satu ini tampaknya masih belum cukup familiar bagi kita yakni kawasan konservasi Taman Buru. Mengingat ada 2(dua) kawasan konservasi yang berstatus Taman Buru di lingkup kerja Bidang KSDA Wilayah I Nusa Tenggara Timur, yaitu Taman Buru Bena dan Taman Buru Pulau Ndana, maka kali ini akan sedikit membahas secara umum tentang Taman Buru.
Berdasarkan pengalaman pribadi, penulis sebenarnya baru mengetahui apa itu Taman Buru setelah pertama kali bertugas di Balai Besar KSDA NTT. Walaupun dulu di bangku kuliah secara umum sudah dijelaskan oleh dosen tetapi semuanya itu masih ada dibayang-bayang saja karena kami belum pernah memasuki dan bahkan sama sekali belum pernah melihat kawasan Taman Buru yang telah ada.
Berbicara tentang kawasan taman buru tentunya tidak bisa lepas dengan aktifitas berburu baik itu pemburu, satwa yang diburu maupun kawasan (ekosistem taman buru). Untuk itu telah dibuatkan regulasi yang mengatur tentang hal-hal tersebut.
Apakah itu Taman Buru?

Senin, 26 Maret 2012

RAJA RANAKA MARAH


Gambar 1. Gunung Ranaka

Kejadian Tragis di Danau Ranamese yang telah merenggut dua nyawa Minggu(22/10), menggores begitu banyak aneka perasaan warga Manggarai. Air Danau Ranamese yang tenang tak disangka kembali membuat kisah baruyang menyedihkan setelah beberapa tahun sebelumnya kisah itu terukir ditempat yang sama karena pernah merenggut nyawa seorang pelajar SMP Mano, Johny Marut dan Heribertus Tahun Baru dijemput untuk menjadi penghuni abadi danau tersebut.
Kejadian ini menjadi perhatian banyak pihak terutama dari instansi pemerintah terkait di Manggarai. Sejak hari naas hingga Sabjtu (29/10), kompleks taman rekreasi Danau Ranamese dijejali banyak pengunjung. Wajah-wajah termenung yang duduk dipinggir Danau Ranamese tenggelam dalam aneka perasaan masing-masing dengan aneka dialog batin, menatap penuh harap kearah permukaan air di tengah danau. Dalam setiap hati berdo’a : Tuhan kembalikan jasad kedua saudara kami. Kami sadar bahwa mungkin mereka telah bersalah terhadap Engkau, tetapi kami mohon kembalikan dia”. Hari Jum’at dan Sabtu jasad Johny dan Heribertus telah kembali ke pangkuan orangtuanya dan keduanya beristirahat dengan tenang.
Adakah kejadian ini merupakan tanda-tanda zaman?mungkin, ya mungkin saja kita terlalu rakus terhadap alam sehingga alam seperti kata Ebiet G. Ade dalam suatu syair lagunya bahwa “mungkin alam telah bosan dengan segala tingkah laku kita”. Ataukah mungkin kita tidak berlaku jujur terhadap alam. Pohon-pohon besar dalam kawasan hutan tunggang langgang ditebang dan wilayah-wilayah sakral dalam kawasan hutan dibabat untuk dijadikan kebun kopi karena ingin jadi cepat kaya. Keadaan inilah yang kita saksikan telah terjadi di sekitar Danau Ranamese dan tempat lain dalam kawasan hutan Taman Wisata Alam Ruteng, dimana terdapat puncak Ranaka tinggi menjulang, bersama puncak gunung Tri Warna Kelimutu berdiri kokoh menyanggah Nusa Bunga tercinta. Berbagai pohon besar ditumbangkan dan wilayah-wilayah hutan dibabat untuk dijadikan kebun kopi walaupun kemiringan permukaan tanah sangat curam.

 
 Gambar2. Danau Ranamese

Keyakinan nenek moyang kita ketika mereka belum mengenal apa yang disebut agama, mereka percaya bahwa roh para leluhur tinggal di pohon-pohon besar, gua-gua alam, danau, puncak-puncak gunung dan tanjung-tanjung yang penuh batu cadas terjal dan curam. Mereka datang mengunjungi dan memberikan persembahan atau sesaji untuk menyatakan syukur atas segala berkah dan menyampaikan  do’a-do’a permohonan untuk berbagai kepentingan hidupnya kepada para leluhur.
Kita perlu merenungkan kembali bahwa naas yang telah terjadi di Danau Ranamese adalah akibat dosa kita semua, warga Manggarai. Kita tidak dapat melemparkan kesalahan hanya kepada Johny dan Heri, tetapi saya dan saudara sesama warga Manggarai yang bertanggungjawab, karena selama ini telah merusak hutan dan berbuat yang tidak senonoh terhadap alam. Akibatnya penguasa alam semesta ini murka dan Raja Ranaka menjadi geram. Sadarlah, belum terlambat.
Sumber : Pos Kupang-Kamis, 2 Nopember 2000, halaman 4
Penulis : Ora Yohanes